Sebagai Renungan Kita Bersama : 1. Yang Paling Dekat dengan dengan diri kita adalah KEMATIAN 2. Yang Paling Jauh dari kita didunia adalah MASA LALU 3. Yang Paling Besar didunia adalah NAFSU 4. Yang Paling Berat didunia adalah MEMEGANG AMANAH 5. Yang Paling Ringan didunia adalah MENINGGALKAN SHOLAT 6. Yang Paling Tajam didunia adalah LIDAH MANUSIA

KEUTAMAAN ILMU DARIPADA HARTA

Sepuluh orang kaum Khawarij mendatangi Khalifah ke-IV, Ali bin Abi Thalib Ra. Mereka mendatangi Khalifah karena ingin menanyakan sesuatu, di samping rasa iri terhadap kepandaian khalifah, baik dalam ilmu agama maupun lainnya. Rasuluilah Saw pernah bersabda: "Aku ini kotanya ilmu pengetahuan, dan Ali adalah sebagai pintunya."
Sesampainya mereka dihadapan Khalifah Ali, mereka diterima dengan ramah, dan Khalifah menganggap mereka sebagai tamu terhormat.

Salah seorang dari mereka membuka pertanyaan kepada Khalifah Ali: "Wahai Ali, kami adalah sepuluh orang yang diutus oleh kaum kami untuk mengajukan pertanyaan kepadamu, dan kami akan bergiliran bertanya kepadamu. Dan jawabanmu nantinya akan kami bawa pulang kepada kaum kami."

Khalifah Ali menjawab: "Baiklah kalau demikian. Dan apa yang akan kalian tanyakan padaku?"

"Wahai Ali, manakah yang lebih mulia, ilmu pegetahuan atau harta benda, dan terangkan pula sebab-sebabnya?" tanya orang pertama.

"Ilmu pengetahuan itu adalah warisan para nabi, sedangkan harta kekayaaan adalah warisan Qarun, Syadad dan lain-lain. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan lebih mulia daipada harta benda," jawab Khalifah Ali.

Kemudian orang kedua memberikan pertanyaan: "Manakah yang lebih mulia ilmu pengetahuan atau harta benda, dan jelaskan sebab-sebabnya?"

"Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmulah yang menjaga dan memelihara pemiliknya, sedangkan harta yang empunyalah yang memelihara dan menjaganya," jawab Khalifah Ali.

Setelah orang pertama dan kedua selesai dijawab oleh Khalifah Ali, kemudian orang ketiga, keempat, kelima, hingga orang kesepuluh mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang diajukan oleh orang pertama dan kedua.

Kepada penanya ketiga khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena orang yang berilmu banyak sahabatnya, sedangkan orang yang banyak hartanya lebih banyak musuhnya."

Kepada penanya keempat khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu bila disebarkan atau diajarkan akan bertambah sedangkan harta kalau diberikan kepada orang lain akan berkurang."

Kepada penanya kelima khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu tidak dapat dicuri, sedangkan harta benda mudah dicuri dan dapat lenyap."
Kepada penanya keenam khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu tidak bisa binasa, sedangkan harta kekayaan dapat lenyap dan habis karena masa dan usia."

Kepada penanya ketujuh khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu tidak ada batasnya, sedangkan harta benda ada batasnya dan dapat dihitung jumlahnya."

Kepada penanya kedelapan khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu memberi dan memancarkan sinar kebaikan, menjernihkan pikiran dan hati serta menenangkan jiwa, sedangkan harta kekayaan pada umumnya dapat menggelapkan jiwa dan hati pemiliknya."

Kepada penanya kesembilan khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena orang yang berilmu mencintai kebajikan dan sebutannya mulia seperti si 'Alim, dan sebutan mulia lainnya. Sedangkan, orang yang berharta bisa melarat dan lebih cenderung kepada sifat-sifat kikir dan bakhil."

Dan kepada penanya kesepuluh khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia dan lebih utama daripada harta kekayaan, karena orang yang berilmu lebih mendorong untuk mencintai Allah. Sedangkan harta benda dapat membangkitkan rasa sombong, congkak dan takabur."

Seusai mendengarkan jawaban Khalifah Ali yang begitu cemerlang, kesepuluh orang kaum Khawarij itu berdecak kagum, karena satu pertanyaan dapat dijawab dengan sepuluh jawaban. Kemudian, mereka kembali kepada kaumnya dengan rasa puas, dan bertambah yakin bahwa Khalifah Ali benar-benar sebagai pintu gerbangnya ilmu.

Baca Selengkapnya......

REPUTASI



Mendewakan kekuasaan

Bermental kerdil

Gila hormat

Bersifat anarkis




Baca Selengkapnya......

SATU TAS

Malam telah larut dan disertai hujan gerimis, hingga menginjak pukul 01.10 wib tengah malam, entah mengapa mataku belum dapat kuajak kompromi untuk tidur padahal kepalaku sudah terasa pusing dan terasa berat sekali. Setelah pulang dari kumpul bersama teman-teman dikampungku aku duduk didepan pesawat televisi dan kunyalakan, kucari chanel televisi yang program acaranya dapat membuatku tertidur tetapi ada satu buah program acara televisi swasta yang malah membuat diriku untuk terus mengikuti program acara tersebut, sangat menarik dan simpatik terutama karena para bintang tamunya para artis. Mereka mengikuti sebuah kontes dimana para pesertanya harus dapat menarik simpati para masyarakat agar mendukung mereka dengan cara mengirimkan sms sebanyak-banyaknya serta ada panelis yang memberikan pertanyaan dan pernyataan. Para artis ini tergabung dalam suatu wadah yang biasa sisebut parpol (partai politik), dan diakhir acara sudah pasti ada pemenang yang dinilai dari hasil polling sms terbanyak.

Kecendrungan para artis yang latah ikut-ikutan bergabung dipartai dan mengikuti pesta demokrasi dinegeri ini dengan mencalonkan diri maju untuk menjadi anggota legislatif perlu dipertanyakan apakah mereka mampu nantinya mengemban amanat yang dititipkan dipundak mereka, apakah mereka nantinya hanya berakting setelah duduk dikursi legislatif tanpa memperdulikan janji-janji mereka pada saat kampanye, dan lebih menjadi pertanyaan besar lagi apakah mereka hanya menjadi peraih suara terbanyak bagi parpolnya masing-masing.

Salah satu artis yang memang sudah malang melintang dalam dunia politik, sering gonta-ganti partai, salah seorang pendiri partai besar yang pada pemilihan umum tahun 2004 meraup suara terbanyak juga turut meramaikan program acara tersebut tetapi artis tersebut sekarang tergabung dalam partai yang berbeda. Salah seorang panelis menanyakan kepada seluruh para kontestan bagaimana caranya meraih suara terbanyak tetapi tidak dengan cara-cara hanya obral janji, yang katanya hanya omong doang dan lain sebagainya, jawaban dan tanggapan serta pernyataan si artis berbeda-beda, ada yang menjawab dengan terjun langsung ke daerah pemilihan masing-masing dan ikut merasakan penderitaan masyarakat, ada yang menjawab dengan mengiklankan diri kepada masyarakat, ada yang memberi pernyataan bahwa dengan bergabung dengan partai yang besar dan sudah dikenal mereka mampu mendapatkan suara terbanyak, dengan memberi pernyataan dan mengklaim bahwa mereka tergabung dalam partai yang anti korupsi dan mampu berjuang untuk rakyat dan demi rakyat

Begitu banyak yang mereka sampaikan hingga membuat mataku mulai mengantuk, aku mulai mencari chanel televisi yang lain tetapi tidak ada satu chanel acarapun yang kuanggap menarik lagi. Aku mematikan televisi dan kembali kekamarku, saklar lampu kamarku juga kumatikan tetapi dalam menjelang tidurku aku berpikir akan pertanyaan para panelis tadi dan aku menjawab didalam hati bahwa untuk meraih suara terbanyak adalah dengan mempunyai berbagai macam kreatifitas, mempunyai tingginya popularitas, mempunyai kuantitas dan berkualitas, dan kalau mau berkunjung dan bersosialisasi kepada masyarakat jangan lupa bawa uang satu tas

Baca Selengkapnya......

JANJI MENJARING SANGSI

Awan berarak menjauhi sengatan panasnya matahari yang sedang memperlihatkan jati dirinya, kala itu aku menahan peluh, keringat bercucuran keluar dari seluruh pori-pori tubuhku, aku berjalan pulang dengan lebih cepat karena tidak tahan dengan sengatan sinar matahari dan panasnya udara siang.

Dari kejauhan tampak terlihat para lelaki paruh baya sedang duduk diberanda rumahku, terlihat tidak banyak yang mereka bicarakan dan ceritakan akan tetapi diantaranya ada yang mengajak bersenda gurau. Sesampainya didepan rumahku aku disambut dengan sedikit celotehan “darimana mang…?”, aku menghela napas dan mengambil saputangan yang berada di saku celanaku untuk menghapus keringat didahi dan muka serta disekujur pergelangan tanganku kemudian aku menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban seadanya.

Aku duduk di muka tangga rumahku, maklumlah rumahku tidak terlalu besar dan hanya terbuat dari kayu dan papan yang pondasi rumahnya berupa tiang-tiang kayu untuk menopang seluruh bagian rumah.

Aku menghela napas kembali dan kurasakan ditenggorokan butuh banyak cairan untuk memeperkuat langkahku berbicara dengan orang-orang yang sedang berada di beranda muka rumahku. Mereka membicarakan hal-hal yang tak penting bagi mereka sendiri akan tetapi ada satu hal celotehan yang menarik sedikit perhatianku. Iya, mereka sedang membicarakan keadaan negeri ini yaitu pesta demokrasi berupa Pemilihan Umum Legislatif yang tinggal beberapa hari lagi yaitu tepatnya tanggal 9 April 2009 jatuh pada hari kamis, mungkin tanggal tersebut bagi para politikus dinegeri ini adalah tanggal keramat.

Para lelaki paruh baya tersebut duduk sambil tertawa mengingat dan mengenang orasi-orasi politik yang disampaikan oleh para caleg-caleg partai yang pada inti isinya adalah membawa perubahan pada negeri ini, janji-janji politik mereka semua sama yaitu berjanji akan menurunkan harga sembako, mengatasi pengangguran, mengurangi kemiskinan, mempercepat laju perkembangan ekonomi, dan hal lainnya.

Dari janji-janji tersebut timbul pertanyaan didalam hatiku apakah mereka para calon legislatif tersebut mampu menjalankan amanat dan janji mereka dihadapan rakyat negeri ini, Mudah-mudahan……..

Baca Selengkapnya......